Kamis, 22 Maret 2012

Orang-orang peruwet




Sejujurnya saya bingung memberikan judul artikel ini. Saya ruwet memikirkan judul yaang tepat. Karena memang kita akan membahas orang-orang yang saya rasa ruwet juga.
Kita mulai dari PSSI. Saya rasa lebih baik kepanjangan PSSI bukan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia. Tapi sepertinya akan baik jika dirubah menjadi Persatuan Stres Seluruh Indonesia. Karena memang Oraganisasi ini di isi oleh orang-orang yang stres. Dan trend menjadi stres ini nampaknya diikuti oleh orang-orang lain yang menamakan diri KPSI( Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia). Akan lebih baik jika namanya pun di ganti dengan Komite penyelenggara stres Indonesia.
Kenapa Demikian?
Menurut pandangan saya, yang berdasarkan ingatan saya saat itu, terpilihnya ketua PSSI sekarang yang saya dengar bernama Djohar Arifin Husein ( jangan marah bila salah penulisan) itu, didukung oleh orang-orang yang sekarang mendirikan KPSI. Terjadi Paradoks Bukan?. Bagaimana bisa dan alangkah sangat tidak punya pendiriannya orang-orang stres ini.
Ketika mengatasnamakan perubahan menuju yang lebih baik dari era nya Nurdin Halid, orang-orang ini membuat KLB yang kemudian terpilih Djohar sebagai ketum, mereka begitu yakin pada ketum yang baru dan katanya pasti akan membawa PSSI jadi lebih baik. Eh, belum genap 1 tahun memimpin, dia sudah di minta mundur oleh sekali lagi saya tegaskan orang-orang yang mendukungnya untuk menjadi Ketum PSSI!.
Sepertinya memang Sepak Bola Indonesia dipenuhi dengan aroma politik yang kental. Sebagai penggemar bola sejak kecil, saya dan mungkin berjuta-juta pecinta bola tanah air yang lain hanya bisa pasrah melihat hal ini. Melihat kekisruhan yang entah sampai kapan akan berakhir.
Mungkin orang-orang stres tadi bisa mendirikan klub yang versi IPL maupun ISL ( Kompetisi yang di gagas kedua kumpulan stres tadi). Namun akankah kita yang pecinta bola sejati ini rela mendirikan kelompok suporter versi ISL atau IPL?. Kemudian sekali lagi, orang-orang stres tadi bisa saja membikin Timnas versi Djohar maupun versi La Nyalla. Tapi akankah kami yang murni mencintai pasukan Garuda, akan rela membagi diri menjadi 2 kelompok suporter yang bernama suporter Timnas Garuda versi Djohar maupun La Nyalla?. Saya tak bisa membayangkan kelanjutan dari Paradoks ini.
Catat ini baik-baik. Kami hanya ingin menonton pertandingan Sepak Bola Indonesia yang menghibur, Fair Play, dan pasti tidak ada lagi kekisruhan yang terjadi. Karena kami Cinta Sepak Bola.